Minggu, 12 Desember 2010

Tepak Sirih

Masyarakat Melayu terkenal dengan sifat sopan santun, berbudi bahasa serta penuh dengan adat budaya dalam menjalani kehidupan seharian. Adat lebih diutamakan, bak kata pepatah ‘biar mati anak jangan mati adat’, lebih-lebih lagi ketika mengadakan majlis meminang, bertunang dan pernikahan. Untuk memulai upacara merisik, pertunangan dan pernikahan, masyarakat Melayu menggunakan tepak sirih sebagai pembuka kata.
Dalam adat bersirih, setiap bahan yang terkandung mempunyai pengertian dan membawakan maksud tertentu.

SIRIH : Memberi arti sifat yang merendah diri dan sentiasa memuliakan orang lain, sedangkan dirinya sendiri adalah bersifat pemberi.

KAPUR : Melambangkan hati seseorang yang putih bersih serta tulus, tetapi jika keadaan tertentu yang memaksanya ia akan berubah lebih agresif dan marah.

GAMBIR : Dengan sifatnya yang kelat kepahit-pahitan memberikan arti ketabahan dan keuletan hati.

PINANG : Digambarkan sebagai lambang keturunan orang yang baik budi pekerti, tinggi darjatnya serta jujur. Bersedia melakukan sesuatu perkara dengan hati terbuka dan bersungguh-sungguh

TEMBAKAU : Melambangkan seseorang yang berhati tabah dan sedia berkorban dalam segala hal

Tepak sirih digunakan sebagai barang perhiasan dan atau dalam upacara-upacara resmi. karena tepak sirih penting dalam adat istiadat, maka tidak layak digunakan sembarangan.
Dulang tepak sirih ini terbagi dua bagian, di bagian atas disusun empat cembul dengan urutan susunan : pinang, kapur, gambir dan tembakau. Di bagian bawah pula disusun cengkeh, daun sirih dan kacip.
Bagi masyarakat Melayu, sirih disusun sedemikian rupa untuk menunjukkan tertib ketika mengapur sirih, yang dahulu didahulukan dan yang kemudian dikemudiankan. Daun-daun sirih yang disusun dalam tepak sirih hendaklah dilipat bersisip antara satu sama lain dan disamakan tangkainya, disusun sebanyak lima atau enam helai dalam satu baris. Satu tepak sirih selalunya mengandungi empat atau lima susun sirih tadi. Sirih yang berlipat ini wajib dibuat kerana hendak mengelak dari terlihat ekor sirih itu. Ekor sirih tidak boleh dinampakkan karena dianggap satu keadaan yang kurang sopan dan tidak menghormati tamu.

Rabu, 08 Desember 2010

Marwah Melayu

MARWAH, bagi puak orang berbudaya Melayu, tak hanya sekadar kata yang berarti “kehormatan diri, harga diri, dan atau nama baik”. Marwah lebih lebih jauh, marwah mendorong penggunanya untuk melakukan tindakan riil seperti mengusulkan, mendesak, memerintahkan, dan memperjuangkan. Bahkan, sering terjadi orang harus melakukan perlawanan dan menentang jika ternyata marwahnya dicuaikan, ditekan, dan atau dijejasi.

Karena berkaitan erat dengan rasa bangga dan status diri, maka marwah mampu menggesa orang untuk menjadikannya sebagai tanggung jawab moral untuk diperjuangkan. Perlawanan yang dilakukan oleh Hang Jebat dan yang lebih menggemparkan lagi pembunuhan yang dilakukan oleh Megat Seri Rama terhadap Sultan Mahmud Mangkat Dijulang.

Ada lagi perlawanan Raja Haji Fi Sabilillah terhadap pemerintah kolonial Belanda sehingga ia lebih rela syahid di medan perang, pemerintahan penjajah Belanda tidak diakui oleh para petinggi dan rakyat Kerajaan Riau-Lingga sehingga mereka rela kehilangan nyawa dan harta-benda, sekadar beberapa contoh, semuanya dilakukan demi marwah.

Marwah mengamanatkan tak boleh ada meminta-minta, apa pun bentuk dan caranya, apalagi di tanah tumpah darah kita sendiri, Riau yang kita adalah ahli waris sahnya. Begitulah daya magis marwah yang mampu membuat orang yang dalam kesehariannya kelihatan biasa-biasa saja tiba-tiba menjelma menjadi kekuatan yang maha dahsyat lagi istimewa. “Lebih baik berputih tulang daripada berputih mata” itu kata orang Melayu.

Maka tidak heran serin keluar ungkapan, " jaga marwah ", " dimana letak marawah mu ". Bagi orang Melayu marwah sangat penting. Jadi marwah bagi orang Melayu, khususnya Riau tidak sekedar harga diri, jauh-jauh lebih dari itu.

Takkan melayu hilang dibumi

"Takkan Melayu Hilang di bumi..." itulah kata-kata keramat dari pahlawan lagenda melayu kita, Hang Tuah.... sebagai masyarakat Melayu moden hari ini kita bertanggungjawab untuk merealisasikan kata-kata keramat tersebut demi menaikkan martabat dan kepentingan bangsa kita di mata dunia.
Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang Melayu. berbagai ketentuan adat mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.

Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. ”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak bala.

Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian melayu. Pertama, baju melayu cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada acara-acara keluarga seperti kenduri.
Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan penutup kepala atau songkok.

Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain, baju dan selendang. Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.

Panjang lengan baju kira-kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang dikenakan kaum perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit ke atas.

Bagi perempuan dalam berpakaian dilengkapi dengan siput (sanggul) yang terdiri atas tiga macam yaitu, siput tegang, siput cekak, dan siput lintang. dan tudung atau penutup kepala.

Source: riauinfo.com

Jumat, 03 Desember 2010

upacara pernikahan orang melayu

Malam Berinai
Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan melindungi pasangan pengantin dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata, menaikkan aura dan cahaya pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria.

Berinai yang dimaksud adalah memasang/memoleskan daun inai (daun pacar) yang sudah digiling halus, terutama pada kuku jari tangan dan telapak tangan jari kaki dan telapaknya samapi ke tumit.
Upacara Berandam
Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci.

Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.
Akad Nikah
Biasanya upacara akad nikah ini dilakukan pada malam hari yang mengambil tempat di kediaman calon pengantin wanita.

Sebelum berangkat ke rumah mempelai wanita, pengantin pria terlebih dahulu ditepung tawari(diberi bedak dingin yang dibuat secara tradisional) sebagai lambing hati yang sejuk, oleh keluarga dekat dan kerabat yang dituai atau dihormati, kemudian meminta doa restu drai orangtua agar akad nikahnya dapat berjalan lancar.
Makan Nasi Hadap-Hadapan
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati.

Dalam upacara ini juga biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh pengantin wanita sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap suaminya.
Menyembah Mertua
Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara menyembah pada mertua.

Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki denagn membawa beraneka hidangan tertentu.
Bersiram Kumbo Taman (Mandi Damai)
Upacara mandi damai ini sebagai tanda sebuah ungkapan rasa syukur atas kelancaran keseluruhan rangkaian upacara perkawinan yang telah mempersatukan dua insan menjadi pasangan suani istri yang sah.

Biasanya prosesi adapt ini dilakukan setelah kedua pengantin melangsungkan perkawinan selama tiga hari.

 

Untuk Sang Bunda

Bunda......
Tiada yang mampu membalas jasamu..
seluruh dunia tau tak ada yang mampu meyaingi besar kasih sayangmu...
Aku tau, Tiap detik selalu ku menyakiti perasaanmu, 
Tak jarang kadang bunda manangis karna sikapku...
Namun dalam hati kecilmu bunda selalu memaafkanku...
Betapa besar dosaku, oh Tuhan...
Ampuni aku...
 Bunda, ampuni kesalahanku...
Ya Allah... Beri aku kesempatan membuat bundaku tersenyum,
Senyuman yang tersungging dibibir tipisnya seakan membuatku tenang....
Binar bola matanya seakan membuatku bersemangat,
Jika kutertidur, engkau mengusap keningku...
Menyelimutiku dengan pelukanmu...
Dekapanmu membuat aku tentram bersdamamu
Bunda...